Tuesday, June 19, 2007

Ibu Bekerja vs Pembantu

Dua minggu terakhir ini, di salah satu milis yang aku ikuti sedang rame membicarakan masalah kekerasan pembantu terhadap anak majikan yang masih balita. Meskipun hal itu terjadi di luar negri karuan saja membuat miris hati. Karena kejadian seperti itu bisa saja terjadi di sekitar kita.Dari beberapa peserta milis terinpirasi untuk mengikuti trik melindungi buah hati yang di tinggal di rumah demham memasang candid camera.Dengan kamera tersembunyi yang diaktifkan pada siang harinya, sang majikan dapat memutar rekaman kegiatan pembantu dan anaknya.

Namun selain hal di atas menurut saya sebenarnya ada dua point penting yang harus kita perhatikan :

Pertama saat kita merekrut seseorang yang akan kita percaya untuk merawat buah hati kita. Dalam memilih tenaga pembantu lebih baik kita tahu rumahnya dan kenal dengan orangtuanya lebih dulu. Memang tidak menjamin 100 persen aman, namun paling tidak ada gambaran tentang perilaku calon pembantu tersebut. Tentu saja hal ini berlaku kalau kita mencari tenaga sendiri. Kalau kita mencari tenaga dari yayasan, pilihlah yayasan yang terpercaya serta memiliki peraturan yang jelas. Suatu saat kita tidak cocok dengan tenaga yang sudah kita ambil sebelumnya, bisa minta gantinya.

Yang kedua adalah : sistem komunikasi yang terbuka dan saling menghargai. Bukan hal yang sepele, terutama saya, dalam satu hari saya meninggalkan anak saya sejak pukul 06:30 - 18.30, 12 jam !!. Aku titip nyawa anakku selama 12 jam pada pembantu. Beberapa pesan aku titipkan sebelum meninggalkan rumah,entah mengenai menu makan anak atau hal-hal lain . Saat di kantor juga kadang tak cukup 2 kali saya menelpon ke rumah sekedar untuk mendengarkan celoteh anakku. Dalam menyampaikan pesan , alangkah baiknya jika kita lakukan dengan sebaik-baiknya, sesopan-sopannya sehingga tidak ada kesan kita ini tukang perintah. Atau jika kuatir akan kelupaan, kita bisa menuliskan pesan-pesan tadi di selembar kertas.Selain itu, sikap saling menghargai sangat penting kita tanamkan di sini. Selama ini saya lebih sering pembantu dengan sebutan "mbak" baik di depan anak saya mau tidak. Ketika menyuruh juga lebih baik kita awali dengan kata-kata 'minta tolong" ( mis. mbak, tolong lampu dapur di nyalain etc ). Sungguh bukan hal sepele, dengan kita menghargainya, kita pun akan balik di hargai.

Memang kita yang memperkejakan dia, yang membayar dia. Namun pembantu adalah manusia juga, bukan robot. Bisa merasa capek, bisa sakit dan punya perasaan. Bayangkan jika kita semena-mena menyuruhnya mengerjakan PR, menyuruh dengan cara tidak sopan. Kemudian dia sakit hati dengan cara memperlakukan anak kita dengan tidak baik pula, kita juga yang rugi.

Apabila dia melakukan kesalahan, dia juga seperti kita yang bisa melakukan kekhilafan, tegurlah dengan baik agar bisa di terima.

Demikian ini karena kita ciptakan sama oleh Alloh, kita memang berbeda di dunia namun kelak di akhirat semua sama, yang membedakan hanyalah amalan kita semasa di dunia. Seperti petikan satu ayat dalam Alqur'an berikut ini ( thanks dekwido ) "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"

Mudah-mudah kita termasuk golongan orang-orang yang beriman padaNya.Amin.

No comments: